Menjadi seorang pemenang adalah impian dan idaman semua orang. Terlebih ketika kita masih muda dan lagi on fire dalam bekerja. Pasti yang kita bayangkan adalah bagaimana kita jadi yang terbaik (pemenang) dari semua pegawai di perusahaan atau lembaga kita.
Akhir-akhri ini, ada kisah petugas pengawalan KRL Egi Sandi Saputra (24) dan petugas kebersihan kereta, Mujenih (34). Keduanya bertindak jujur saat menemukan kantong plastik hitam berisi uang tunai Rp 500 juta di kolong bangku prioritas salah satu gerbong KRL Jakarta-Bogor pada Senin (6/7). Kemudian Menteri BUMN, Erick Thohir. Bahkan membuat acara khusus bertajuk “Apresiasi Petugas KRL” di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (13/7). (republika.co.id).
Kisah di atas adalah merupakan seseorang yang mempunyai champion Mentality. Bagaimana tidak? Di tengah masyarakat yang banyak membutuhkan kebutuhan hidup saat pandemi seperti ini. Karena lesunya ekonomi dan banyaknya perusahaan yang harus merumahkan para pegawainya. Mereka dengan sikap tegas, jiwa ikhlas dan jujur apa yang mereka temukan tidak untuk pribadinya.Sebagaimana Allah berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa mendapatkan kemenangan.” (QS.An Naba (78) : 31).
Kemenangan bahwa menemukan jalan keluar dari kerumitan hidup, memperoleh rizki di luar planning, perhitungan manusiawi dan tanpa menggunakan prinsip-prinsip ekonomi, mendapatkan berbagai kemudahan dalam menapaki pasang surut kehidupan termasuk terhapusnya dosa dan jaminan memperoleh pahala yang agung. Tentu ini, sebuah kemenangan yang bersifat spektakuler. Sebagaimana janji Allah SWT;
“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangka, dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah SWT niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya, dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah SWT niscaya Dia akan menutupi kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya.” (QS. Ath Thalaq (65) : 2-4).
Dan akhrinya, berkat champion mentality yang tangguh dua petugas KRL dapat apresiasi dari berbagai pihak, baik dari lembaga pemerintahan maupun swasta. Bahwa sikap jujur seperti itu harus ditiru dan diteladani oleh para pemangku kebijakan di negeri ini.
Yuk, Bangun Champion Mentality
Mental sebagai pemenang ini, menurut Sayyid Qutub, harus menjadi watak dan karakter kaum Muslim. Iman yang kuat, perjuangan yang tak kenal lelah (jihad), tahan uji, dan kesabaran yang membaja (shabrun wa tsabat), disertai penyerahan diri secara total kepada Allah semata (tawakkulun wa tawajjuhun ila Allahi wahdah), merupakan jalan kemenangan yang diajarkan Islam. (Ma`alim fi al-Thariq, 1978).
Dalam Al-Quran, kaum Muslim diingatkan agar memiliki kesiapan mental sebagai pemenang, memiliki rasa percaya diri (self confidence) yang tinggi, dan tak boleh memelihara sikap keluh kesah (blaming) apalagi sindrom rendah diri. “Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah (pula) kamu bersedih hati. Padahal, kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya) jika kamu orang-orang yang beriman. (QS Ali Imran [3]: 139).
Empat Power Champion Mentality
Kita perlu membekali diri dengan empat kekuatan lain, selain dari memiliki ilmu (knowledge) dan keterampilan tinggi (skillful). Pertama, visi atau cita-cita yang tinggi (himmah aliyah). Perlu disadari bahwa manusia hanya sebesar visinya, tak lebih dari itu. Visi adalah kekuatan, karena menurut para ulama visi bisa merobohkan hambatan sebesar gunung sekali pun (himmat al-rijal tahdim al-jibal).
Kedua, keyakinan yang kuat bahwa apa yang dicita-citakan akan menjadi kenyataan. Keyakinan juga penting, karena orang yang tidak yakin ia tak bisa melangkah lebih jauh. Keyakinan berbeda dengan preferensi. Preferensi bisa ditawar-tawar, sedangkan keyakinan tidak. Bagi para pejuang Islam, keyakinan di sini termasuk keyakinan akan janji kemenangan dan pertolongan dari Allah. “Hai orang-orang Mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS Muhammad [47]: 7).
Ketiga, keberanian (syaja’ah) dalam mencapai cita-cita. Keberanian, kata al-Ghazali, termasuk salah satu keutamaan yang menjadi pangkal kebaikan dan kemenangan. Tak ada keberhasilan tanpa keberanian, baik dalam soal agama maupun dunia. Keberhasilan hanya milik orang-orang yang berani. Yaitu, keberanian dalam mengambil keputusan serta membela dan mempertahankan apa yang diyakini sebagai kebenaran apa pun risikonya. (QS al-Maidah [5]: 54).
Keempat, mental dan karakter pemenang. Salah satu karakter pemenang adalah menjadi pelaku atau pemain player (fa’il) bukan penonton apalagi hanya objek tontonan (maf’ul). Sebab, hanya pemainlah yang berpeluang besar menjadi pemenang. Maka, perintah Alquran agar kita bersaing (QS al-Baqarah [2]: 148), bersikap profesional, ihsan dan itqan (QS an-Naml [27]: 88), hidup dan mati sebagai yang terbaik, dan the best (QS al-Mulk [67]: 2), semuanya merupakan pembelajaran agar kita memiliki mental dan karakter sebagai pemenang.
Oleh karena itu, mari bangun mental pemenang tidak mental pecundang. Bangun kedewasaan, karena kedewasaan adalah sebuah keniscayaan bukan kepastian. New milineal (Championer) lahir dari tempaan. Seorang pecundang lahir dari kenikmatan. Raih masa depan gemilang dengan penuh pengorbanan.