Oleh : Moh. Syahri Sauma*
Ketika kami (penulis) dilantik menjadi menjadi Ketua Pemuda wilayah Jawa Timur di acara Muswil (Musyawarah Wilayah) ke 7 di Pesantren Tahfidh Hidayatullah Malang. Kami, diminta untuk memberi sambutan sekaligus motivasi kepada musyawirin diacara penutupan. Kami sampaikan bahwah, investasi yang paling menarik dan menjanjikan saat ini adalah investasi Kader.
Pertanyaannya bagaimana mana itu investasi kader? Sedangkan banyak orang diluar sana berbondong-bondong investasi emas, tanah, rumah dan lain sebagainya untuk kehidupan mereka kelak beberapa tahun kedepan.
Investasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia: Merupakan penanaman uang atau modal pada suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan. Jadi, dapat dikatakan investasi merupakan membeli sesuatu dan diharapkan pada masa yang akan datang dapat dijual kembali dengan nilai yang lebih tinggi dari semula.
Sedangkan kader adalah orang atau kumpulan orang yang dibina oleh suatu lembaga kepengurusan dalam sebuah organisasi, baik sipil maupun militer, yang berfungsi sebagai ‘pemihak’ dan atau membantu membantu tugas dan fungsi pokok organisasi tersebut. Karenanya, menurut penulis Investasi kaderisasi adalah sebuah investasi yangmemprioritaskan fungsi dari kaderisasi itu sendiri yakni mempersiapkan calon-calon (embrio) pada diri kader (generasi pelanjut) yang siap melanjutkan tongkat estafet perjuangan serta visi dan misi organisasi.
Kaderisasi merupakan jantungnya sebuah organisasi, tanpa adanya kaderisasi rasanya sulit dibayangkan suatu organisasi mampu bergerak maju dan dinamis. Hal ini karena kaderisasilah yang menciptakan embrio-embrio baru yang nantinya akan memegang tongkat estafet perjuangan organisasi.
Kaderisasi berusaha menciptakan kader yang bukan hanya hebat dalam mengerjakan program, tapi haruslah mampu menciptakan kader yang memiliki jiwa pemimpin, memiliki emosi yang terkontrol, kreatif dan mempu memberikan solusi untuk setiap permasalahan (problem solver), harus memiliki mental yang kuat dan yang terpenting adalah menjadi tauladan bagi anggotanya.
Bung Hatta pernah bertutur mengenai kaderisai “Bahwa kaderisasi sama dengan menanam bibit. Untuk menghasilkan pemimpin bangsa di masa depan, pemimpin pada masanya harus menanam”
Penulis mencoba membagi investasi kederisasi ke dalam empat kriteria.
Investasi Kaderisasi Biologis
Investasi kaderisasi ini, ketika seseorang telah mandapat karunia anak dari hasil pernikahannya. Maka kader yang dimaksud disini adalah seorang anak bilogis. Kaderisasi ini pun harus berjalan sesuai ajaran Rasulullah ketika belia menjadi Bapak dari putra dan putri. Bagaimana pengajaran adab dan pendidikan anak sudah ditanamkan ketika puta dan putri beliau masih berusia belia.
Nabi Ibrahim sangat menanti seorang kader bilogis dan lahirlah Nabi Ismail. Nabi Zakaria juga menanti keturunan, hingga beliau berdoa; “Ya Allah, anugerahkan aku keturunan yang baik dari sisiMu. Sesungguhnya engkau Maha memperkenankan Doa (Al-Imran:38). Maka, sangat wajar jika semua orang ingin memiliki kader biologis sebagai investasi untuk melanjutkan sebuah visi keluarga terlebih untuk tujuan akhirat kelak.
Investasi Kaderisasi Ideologis
Investasi ke kader Ideologis tidaklah mudah, pasalnya tidak hanya sisi intelektualitas tapi juga moralitas, mentalitas, spiritualitas, integritas dan skill yang harus diatas rata-rata untuk menjadi seorang kader ideologis. Hal ini yang sangat difahami oleh Rasulullah ketika awal berdakwah di Makkah, beliau tidak pernah memberikan tawaran materil kepada keluarga dan sahabatnya dan penduduk Makkah untuk memeluk Islam, tapi beliau justru mengajak untuk masuk Islam dengan mentauhidkan Allah.
Ini proses awal bagaimana Rasulullah mengajak dan mencari seorang kader untuk bersama-sama dan melanjutkan risalah Islam kepada seluruh manusia, melalui dakwah sembunyi dan terangan-terangan. Bilal bin rabah, dari seorang budak kemudian menjadi kader ideologis dalam mengemban dakwah, begitu juga Utsman bin Affan saudagar kaya raya yang menjadi kader Ideologis Nabi Muhammad sehingga menjadi Khalifah ke tiga.
Investasi Kaderisasi Biologis yang Ideologis
Investasi ke kader biologis membutuhkan banyak waktu, tenaga serta penempaan yang matang. Jika seorang bapak sudah menjadi kader yang ideologis maka semestinya kader biologisnya juga harus ditempa seperti dirinya bahkan lebih, untuk bisa melahirkan seorang kader biologis yang berjiwa ideologis. Jika tidak dari anaknya, paling tidak dari keluarganya, ponakan, sepupu atau saudaranya sendiri, perjuangan benar-benar terasa jika melibatkan keluarganya.
Contohnya Ali bin Abi Thalib, beliau adalah sepupu dari Nabi Muhammad SAW, beliau termasuk juga golongan pertama yang masuk Islam juga sebagai salah satu sahabat utama Nabi. Ali sebagai sosok kader biologis (keluarga Nabi) kemudian menjadi kader ideologis menjadi Khalifah keempat setelah Usman bin Affan.
Investasi Kaderisasi Ideologis yang Biologis
Sahabat Abu Bakar As Shidiq dan Umar bin Khattab adalah contoh sahabat (Kader idelogis) dan keluarga Nabi Muhammad. Bagaimana tidak mereka berdua adalah mertua Nabi, Nabi Menikahi Aisyah putri Abu bakar dan menikahi Hafshah putri Umar. Begitu juga Ustman menjadi menantu Nabi, beliau menikahi putri Nabi Ruqoyyah dan Ummu Kultsum.
Sedangkan Ali bin Abi Thalib menikahi Fathimah. Jadi ikatan Nabi dengan keempat Khalifah sepeninggal beliau tak hanya ikatan Nabi dan Umatnya, guru dan muridnya. Tetapi hingga ikatan menantu dan mertua, mertua dan menantu. Hal itulah yang penulis gari bawahi bahwa kaderisasi melalui ideologis akan bisa melahirkan kader ideologis yang biologis.
Kalau kami bertanya, kita di diposisi mana? Sudah kah kita menjadi seorang kader dari ayah kita? Sudah kah kita menjadi kader dari organisasi kita? Pertanyaan itu silahkan dijawab sendiri oleh hati nurani kita yang paling dalam, jika sudah maka patut disyukuri dan ditingkatkan tetapi jika belum mari evaluasi diri kita masing-masing.
Oleh karena itu, Ayat 9 dari surat An Nisa, menjadi sebuah renungan bagi kita semuanya.Jika kita sebagai seorang pemimpin, orang tua, dan bahkan anak. “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”.
Abdul Kadir Baraja dalam bukunya Kaderisasi Sejak Dini mengatakan, “Jangan sampai organisasi itu lebih dulu mati ketika pendirinya masih hidup. Juga jangan sampai mati bareng dengan matinya pendirinya” Mari berinvestasi kaderisasi untuk kemajuan organisasi yang kita cintai.
*Ketua Pemuda Hidayatullah Jawa Timur.