Oleh : Mazlis Mustafa*
Tentu, ada situasi yang tidak sama dengan biasanya semenjak makhluk Allah SWT yang diberi nama Virus Corona ini mewabah. Dampaknya sangat terasa di setiap wilayah yang ia singgahi. Mulai dari kota metropolitan sekelas Jakarta hingga kehidupan masyarakat di desa-desa.
Terlebih hari-hari ini, di mana umat Islam sedang menyambut tamu agung yang bagi orang-orang yang bertakwa selalu merindukannya sepanjang tahun, Ramadhan Kariem.
Bagi mereka yang masjid di sekitar tempat tinggalnya ikut terdampak ikhtiar pencegahan Covid 19 dengan tidak menyelenggarakan sholat tarwih, buka puasa bersama dan kegiatan super lainnya, pasti semakin terasa –hampanya-
Namun, sebagai orang yang beriman kepada Allah SWT, maka keadaan seperti di atas pasti tidak akan jadi penghalang baginya untuk meraih keberkahan dan kemuliaan Ramadhan. Apalagi, Al Qur’an Surah Al Baqarah 183 sudah mewanti-mewanti bahwa mereka yang dapat melaksanakan kewajiban puasa Ramadhan memang hanyalah mereka yang memiliki iman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”
Modal iman inilah yang kemudian akan terus membara, membakar setiap halangan yang ia dapatkan dan melihat setiap celah peluang untuk memaksimalkan diri meraih keberkahan Ramadhan.
Bahkan, dalam situasi pandemic sekalipun justru pandangannya semakin tajam menangkap hikmah dan peluang kebaikan yang tersedia di depan mata. Peluang dan kesempatan yang hanya di dapatkan manakala dilihat dari akal yang dituntun cahaya iman :
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
Sedangkan mereka yang tidak beriman atau yang tidak memiliki iman yang kuat maka panca inderanya tidak mampu menangkap ayat-ayat kebesaran Allah SWT :
… لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
“ … mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS. Al A’raf : 179).
Bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah dan keutamaan sebagaimana yang disampaikan Rasulullah SAW :
قَدْ جَاءَكُمْ شَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرٌ مُبَارَكٌ افْتَرَضَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ يُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَتُغَلُّ فِيهِ الشَّيَاطِينُ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ
“Telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah, diwajibkan kepada kalian ibadah puasa, dibukakan pintu-pintu surga dan ditutuplah pintu-pintu neraka serta syetan-syetan dibelenggu. Di dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang tidak mendapatkan kebaikannya berarti ia telah benar-benar terhalang atau terjauhkan (dari kebaikan).” (HR Ahmad).
Dengan segala keutamaannya ini, maka sudah seharusnya seluruh umat Islam mengoptimalkan usaha untuk meraihnya. Dikirimkannya pula ujian berupa wabah virus Corona di bulan Ramadhan, tentu mengandung peluang kebaikan dan hikmah yang besar.
Di antara peluang kebaikan di tengah situasi pandemi ini adalah tersedianya waktu yang lebih longgar untuk beribadah.
Dalam situasi normal, umat Islam sehari-hari tetap kerja, masuk pagi pulang sore bahkan ada yang sampai malam saat Ramadhan. Kini, dengan adanya format kerja dari rumah (work from home), maka kesempatan untuk beribadah seperti membaca Al Qur’an semakin luas.
Gerakan #StayAtHome di tengah pandemiCovid-19, menyiapkan waktu yang lebih longgar untuk berasyik-asyik dengan Al Qur’an. Selain program khataman, bisa ditambah dengan program tambahan hafalan dan tadabbur.
Semakin kita berlama-lama berinteraksi dengan Al Qur’an, maka akan semakin asyik nilai dan rasa yang didapatkan. Membaca Al Qur’an dengan sungguh-sunguh dan penghayatan yang mendalam setiap firman Allah SWT, akan membawa kepada ketenteraman jiwa. Perasaan syahdu mengalir seiring dengan lantunan ayat suci yang keluar dari lisan.
Bagi adik-adik para pelajar, santri dan mahasiswa, yang di waktu normal tetap ke sekolah dan kampus untuk belajar, maka dengan adanya program belajar dari rumah (learning from home), membuka peluang kebersamaan untuk menjalankan ibadah puasa Ramadhan bersama keluarga yang lebih luang. Ada di antara mereka yang selama bertahun-tahun tidak bisa menyambut Ramadhan bersama keluarga, kini setiap waktu terbuka kesempatan untuk beribadah bersama keluarga.
Bahkan gerakan #StayAtHome membawa keberuntungan tersendiri bagi keluarga-keluarga Islam karena mulai dari sholat fardhu berjamaah, buka puasa bersama, sholat tarawih, sholat tahajud bisa dijalankan bersama-sama yang tentu semakin menguatkan ikatan hati dalam rangka mewujudkan keluarga yang sakinah mawaddah warahmah.
Satu saran bagi para pembaca yang budiman, manfaatkan kesempatan ini untuk membuat halaqah Qur’an bersama keluarga. Selain menambah ilmu, juga sarana terbaik untuk muhasabah (intropeksi) dan sarana watawasaw bil haq, watawasaw bish shabr sesama anggota keluarga.
Puasa juga mengajarkan kepada kita bagaimana rasa laparnya orang-orang yang berada dalam kesulitan hidup. Terlebih di tengah pandemi ini, masyarakat kelas bawah yang terdampak ekonominya menunggu uluran tangan para dermawan dengan zakat, sedekah dan infaqnya.
Selanjutnya, jika kita renungkan lebih dalam, dampak berkurangnya kegiatan keduniaanselama masa pandemi ini bisa jadi merupakan satu isyarat dari Allah SWT kepada hambanya agar kembali mempersiapkan bekal akhirat.
Allah SWT membukakan peluang yang lebar selama Ramadhan kali ini dan “mengantarkan” manusia untuk kembali dekat kepada-Nya.Banyak membaca dan mentadabbur Al Qur’an, membaca literasi Islam, berdzikir dan kembali menghidupkan malam-malam dengan qiyamul lailmerupakan dari cara menikmati ibadah Ramadhan sebagaimanayang dicontohkan Rasulullah SAW, para sahabat dan salafus shalih.
Sebagai contoh amalan Ramadhan dari sahabat seperti Usman Bin Affan yang mengkhatamkan Al Qur’an satu kali dalam satu hari, bahkan Imam Syafi’i dikisahkan dapat mengkhatamkan Al Qur’an sebanyak 60 kali dalam bulan Ramadhan. Terdengar berat, namun bisa dilaksanakan manakala yang menjalankan mampu menikmatinya. Teladan yang luar biasa bagaimana mereka menikmati ibadahnya di bulan Ramadhan.
Lalu, bagaimana dengan ibadah Ramadhan kita? Khususnya dalam kesempatan luas yang tersedia di tengah pandemic ini? Sudahkah Anda menikmatinya? Wallahu’alam bish shawab
*Sekjend PEMHIDA Pusat