By: Khairul Hibri
Setahunan lalu. Kurang/lebih demikian. Ane berkesempatan bertandang ke Bandung. Misi liputan. Ada beberapa titik. Termasuk masjid al-Lathif. Markas Pemuda Hijrah. Besutannya ustadz. Hanan Attaqi.
Di luar itu. Ada amanah dadakan. Mengisi seminar jurnalistik, untuk para santri Hidayatullah, Bandung.
Senang bisa berbagi dengan adik-adik di sana. Besar harapan, ada yang kepincut untuk terjun di dunia literasi ini.
Untuk menggiring mereka. Selain mengupas teori jurnalistik dasar, ane lebih menitikberatkan ulasan pada motivasi untuk kecimpung di dunia jurnalistik ini.
Seperti kata pepatah melayu; “Nak seribu daya. Taknak seribu dalih.”
Memancing untuk menumbuhkan ‘nak’ di masing-masing budak (bahasa melayu untuk menyebut anak) inilah yang ane upayakan.
Karena mereka ini notabene kader-kader muda lembaga (Hidayatullah). Ane pun berkelakar kepada mereka, dengan berbasi pada manhaj;
“Kalau mau ekstrim, nih. Maka, setiap kader Hidayatullah itu, wajib bisa menulis. Mereka yang tidak bisa menulis, berarti telah mengalami cacat pengkaderan,” canda ane.
Meski sifatnya berkelakar, ucapan ane itu bukan asbun. Alias asal bunyi. Setidaknya dua hal yang melatari.
Pertama: arahan untuk menulis itu ada dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Para salafus sholih, pun mempraktikkan hal demikian.
Yang kedua. Tuntunan menulis ini, masuk dalam manhaj pergerakan Hidayatullah. Yaitu; surat al-‘Alaq, dengan konsep iqra’-nya, dan al-Qalam, dimana secara ekpelisit mengurai masalah tulis-menulis.
“Nuun. Demi pena dan apa yang mereka tulis.” (Al-Qalam 1-2)
Terkait dengan tuntutan pengamalan amal-amal yang terkandung dalam surat-surat manhaj itu, ada seorang tokoh Hidayatullah berkata, dalam pembekalan pengiriman kader da’i ke Nusantara.
“Jangan tinggalkan Tahajjud. Kader yang meninggalkan sholat lail, dia tengah mengalami cacat pengkaderan,” tegasnya.
Hal inilah kemudian, yang mengilhami ane untuk berkesimpulan yang sama. Meski dengan candaan.
Karena tahajjud, menulis, membaca al-Qur’an, berdakwah, dan sebagainya adalah jenis-jenis amalan yang terkandung dalam Sistematika Wahyu (SW), yang menjadi manhaj pergerakan Hidayatullah.
Jadi, ayo menulis…!
*Ketua departemen Pusat Pengembangan Wawasan dan Tsaqogah Islamiyah (PUSPENWAS) Pemuda Hidayatullah Jatim