Oleh : Muh. Faruq*
Jika Anda ikuti perkembangan terbaru di dunia internasional, Anda akan sadar, dunia saat ini sedang kacau-kacaunya. Bukan hanya soal Covid-19. Sebelumnya sudah ada soal perseteruan Tiongkok – Amerika. Lalu Arab Saudi dan Rusia soal minyak – yang membuat minyak dunia turun drastis – dan kini soal protes anti-rasis yang terjadi dibanyak negara.
Anda juga mungkin mengikuti perkembangan soal konflik Turki versus Yunani saat ini. Itu belum dihitung soal konflik timur tengah yang tak kunjung usai. Sebabnya? Anda seharusnya tahu, amat sangat banyak kepentingan di sana.
Tapi, sebagai muslim, kita tak perlu risau. Justru keadaan kacau seperti inilah yang akan membuat banyak orang merenung. Apakah slogan peace (damai) yang digaungkan selama ini itu berhasil?
Apakah dunia yang ‘diprakarsai’ oleh barat dengan menyebarkan ideologi mereka soal demokrasi, sekularisme, liberalisme dan lain-lain itu menujukkan hasil positif? Saya tak perlu menjawab. Renungilah.
Segala kekacauan itu sebenarnya sudah lama terjadi. Namun tak cukup menyentak. Tak membuat orang bergerombol melakukan protes. Kekacauan tersebut adalah kehidupan yang gersang. Kering dari nilai spritualitas. Padahal, spritualisme adalah kebutuhan yang harus terpenuhi. Jika tidak, kehidupan manusia pasti kacau. Tak terarah. Bagaimana jika salah memilih? Paling tidak, jika ia berpikir jernih, ia akan merasa tidak puas.
Itulah yang mendorong Ibrahim muda menyendiri mencari tuhan. Pun begitu dengan Muhammad muda yang memilih bergua hira, memisahkan diri dari kekacauan hidup bangsa Arab jahiliyah. Mungkin itupula yang menjadi alasan mengapa di Amerika tahun 60an terjadi gelombang spritual movement. Di mana banyak diantara mereka yang pergi ke India mencari kedamaian hidup.
Tentu, ini adalah momentum bagi Islam untuk tampil memberi solusi. Risalah yang telah sempurna ini harus tersampaikan kepada semuanya. Khususnya mereka yang sedang mencari jalan yang benar. Islam sebagai way of life perlu didakwahkan. Bukan sekedar agama di KTP, tapi sebagai konsep kehidupan. Lalu mulainya dari mana?
Akhlaqmu = Dakwahmu
Salah satu faktor keberhasilan Islam di awal-awal kemunculannya adalah keagungan akhlaq. Karena memang, satu dari sekian banyak tugas kerasulan Muhammad SAW adalah memperbaiki akhlaq manusia. Sebagaimana sabdanya; ‘sesungguhnya Aku diutus untuk meyempurnakan akhlaq’.
Dan sampai kapanpun, akhlaq tetap relevan dalam menarik manusia ke dalam Islam. Yang terbaru adalah kisah Silvia Romano. Relawan berkebangsaan Italia yang masuk Islam setelah menjadi tawanan. Tak terpikir, mengapa ada orang yang ditawan tapi justru memilih agama yang sama dengan yang menawannya. Ternyata, ia takjub dengan sikap milisi yang menawannya, asy-syabab. Pikiran negatif soal radikalisme Islam ternyata hanya ilusi. Yang terjadi justru sebaliknya.
Tentu masih banyak cerita lain yang menarik. Salah satunya misalnya cerita soal Muhammad Ali dan Malcom X yang masuk Islam dalam perjuangannya melawan rasisme. Ternyata ia terkesima dengan situasi di Makkah (Ka’bah). Di sana, kulit putih, hitam, merah, kuning dan sebagainya sama-sama beribadah kepada satu tuhan. Semua sederajat.
Hal-hal seperti inilah yang perlu terus digaungkan. Jadikan Islam sebagai landasan berbuat kita dalam kehidupan sehari-hari. Tunjukkan bahwa stigma negatif tentang Islam yang coba dikembangkan musuh Islam itu salah besar.
Sampaikan Ke Semua Orang
Tentu saja, agar konsep-konsep tersebut sampai kepada banyak orang, kita juga tidak boleh meninggalkan dakwan bil kalam (dakwah dengan tulisan) dan bil lisan (dakwah dengan ucapan). Pahami konsep Islam secara baik dan komprehensif lalu sampaikan kepada khalayak. Pahami mad’u, pelajari strategi komunikasi dan gunakan bahasa yang mudah. Jadikan media sosial yang kita miliki menjadi ‘juru dakwah’.
Dengan begitu, semoga keluhuran nilai Islam, dengan konsep ekonominya yang dilandasi saling tolong menolong, konsep sosialnya yang tak membedakan warna kulit dan ras, melainkan hanya ketaqwaan, konsep kebebasannya yang saling menghargai serta konsep politiknya yang damai bisa tersampaikan dan menjawab kegelisahan umat manusia karena kondisi kacau saat ini. Wallahu ‘alam bisshawab.
*Kabid Media Pemhida Jatim