By: Khairul Hibri
Anies Baswedan. Boleh dikata, dialah salah satu sosok sukses dalam bermedsos ria. Sangat matang dan dewasa.
Indikasinya mudah. Berdikari. Tak mudah terbawa arus. Fokus kepada prioritas utama, yang menjadi targetnya.
Beda kebanyakan dari netizen (tak terkecuali penulis). Masih sangat mudah dirombang-ambingkan isu.
Isu apa hari ini. Itu menjadi obrolan di medsos. Besok apa yang viral. Berganti lagi. Sehingga, riuh teruslah medsos.
Padahal, tak jarang dengan mendiamkannya, selesai urusan.
Celakanya lagi, kalau itu ternyata jebakan. Atau bahasa kerennya, pengalihan isu oleh oknum-oknum tertentu.
Jadilah terperangkap. Sukses terpancing. Terkelabuhi. Hal yang harusnya menjadi perhatian, akhirnya hilang.
Sibuk mengupas di medsos isu recehan. Ampas. Tak bernilai. Yang kakap, terlepas.
Siapa yang paling bahagia?
Ya mereka. Yang sukses mengelabuhi. Bukan mustahil, di saat netizen sibuk diskusi isu receh yang diumpankan, sambil mengopi, makan pisang goreng, si doi tengah duduk santai di pinggir kolam renang istananya.
Sembari senyum-senyum dan tertawa kecil, ia bergumam;
“Makan, tu isu. Kayak jerami kering ajah. Mudah sekali disulut.”
So, dalam bermedsos ini, yuk kita tahan diri. Jangan mudah terpancing. Tiru tokoh-tokoh yang baik dalam bermedsos.
Satu di antaranya; ya gubernur Anies itu. Menjawab apa yang perlu diklarifikasi.
Dan membiarkan begitu saja, apa yang tidak layak menjadi bahan diskusi.
Keuntungan lainnya, tidak baper. Kenapa bisa gitu? Karena tidak mengurusi. Menanggapi aja enggan. Membaca saja malas. Apalagi sampai mau memikirkan, sampai mau meresapi. No banget.
Untuk meningkat ke level ini, tidak mudah memang. Apalagi di branda medsos seliweran link-link berita (isu) yang tak jarang membuat geregetan.
Tapi harus dilatih. Itu, kalau kita mau naikkan level dalam bermedsos. Tidak melulu kelasnya ‘jerami kering.’ Tapi naik tingkat. Ke tangga yang punya jati diri.
Lihat tu pohon jati nan besar itu. Kuat. Kokoh. Perkasa. Musim hujan subur. Musim kering, tahu trik untuk bertahan. Bahkan terbakarpun, tetap berdiri tegak (pengalaman di tempat tinggal, yang berada di dekat hutan jati 😀😆)
Lebih-lebih, kita tengah memasuki gerbang Ramadhan. Tahan mulut dan jari. Sebab, bukan mustahil keduanya bisa menjadi ‘pembakar’ dari ibadah puasa yang kita lakukan. Na’udzubillahi min dzalik.
“Berapa banyak yang berpuasa tidak mendapatkan sesuatu dari puasanya kecuali haus dan lapar.” (HR. Bukhari)
*Ketua Pusat Pengembangan Wawasan dan Tdaqofah Islamiya (PUSPENWAS) Pemhida, Jawa Timur