By: Khairul Hibri*
Melanjutkan artikel pertama (Literasi dan Diskusi). Di penghujung tulisan, ane telah menjanjikan untuk mengupas sesuatu yang lebih penting dari aktivitas diskusi, yang akan memuluskan misi menjadi penulis produktif.
Untuk mengarah keulasan tersebut, ane akan memulai dengan mengajukan beberapa pertanyaan.
Kawan, coba jujur. Berapa tahun kita belajar bahasa Indonesia di bangku sekolah?
Sejak SD sampai SMA, kan?
Masuk ke dunia kuliah. Berapa SKS kita mengikuti mata kuliah jurnalistik?
Berapa workshop/seminar kejurnalistikan yang pernah kita ikuti?
Berapa buku/artikel tentang jurnalistik yang pernah kita baca?
Lalau pertanyaanya; berapa karya tulis yang kita buat, dari semua aktivitas yang kita lakukan di atas?
Coba. Pandang diri. Senyum apa yang memerkah di bibir?
Senyum malu karna nir karya (kosong). Atau senyum syukur, karena telah menetaskan karya?
Hal ini penring unruk direnungi. Karena persoalan jurnalistik/tulis menulis. Bukan sekedar masalah; berapa tahun mempelajari materi. Atau berapa seminar yang diikuti.
Tapi ini masalah skil. Ketelatenan dan keistikomahan dalam berlatih.
Tak akan berguna, bertahun-tahun belajar dan mendalami tentang teori-teori jurnalistik. Tapi juga tak bergerak untuk menulis.
Tak ubahnya pakar teori renang. Tapi tak sekalipun menyebur ke kolam. Jadilah ia hanya sekedar ahli teori. Bukan praktisi.
Mana yang lebih unggul, ketika tiba hari kompetisi; ya para perenang sejati lah. Adapun ahli teori, ia bisa tenggelam sekali loncatan ke air. Mengap-mengap. Tapi kalau dia terus mau belajar berenang, sangat berpwluang menjadi mahir, bahkan keluar sebagai juara.
Demikian pula kaitannya dengan tulis-menulisnya. Karena itu, diantara pakar jurnalistik menyimpulkan, bahwa kunci bisa mahir menulis itu ada tiga;
Pertama: MENULIS. Kedua: MENULIS. Dan ketiga; MENULIS.
Jadi, ayo kawan. Berlatihlah menulis. Boleh jadi awal-awal tergopoh-gopoh. Posing otak. Panas jidat. Tapi, lambat laun kesuksesan untuk menjadi penulis produktif itu bisa juga dicapai.
Selamat mencoba. Semoga berhasi. Aamiin..
*Ketua Pusat Pengembangan Wawasan dan Tsaqofah Islamiyah (PUSPENWAS) PEMHIDA Jatim