Oleh : Dhaniel-Muchardy*
Siapa yang bisa menakar berlalunya Covid 19 yang telah menjadi wabah dunia ini? Kalaupun dengan sekadar memperkirakannya, sejatinya sekali lagi tidak bisa dipastikan. Pada kondisi yang lain, serba-serbi tafsir bias netizen menghiasi media melalui gadget tak bisa terelekan.
Ada yang berasumsi bahwa covid 19 hanya rekayasa dan konspirasi. Tapi biarlah. Tak usah larut dalam menginterpretasi sesuatu. Saran penulis, terjemahkan sendiri tupoksi masing-masing kita dalam menghadapi wabah ini. Ada banyak hal lain yang menjadi concern kita.
Selebihnya, mari sama-sama menikmati dan mensyukuri nikmat Tuhan yang ada. Kendati begitu, jangan alpa berharap kepada Sang Khalik. Juga harapan kita kepada pemerintah dalam memutus mata rantai virus ini. Masyarakat Indonesia harus tetap mawas diri sembari mengikuti protokoler kesehatan covid 19.
Sepertinya penulis juga bertele – bertele memaparkan sumber masalah dari tulisan ini. Mari kita bicarakan perihal substansial dari tulisan ini. Tentang Jihad Pemuda dalam menghadapi wabah ini. Jihad dalam arti yang lebih familiar adalah ‘berjuang’. Bagi pemuda, tentu meneropong segala problema dari perspektif yang berbeda. Lebih solutif juga lebih jernih. Berangkat dari ‘tupoksi’ pemuda, laiknya sudah ber- iqra. Menelaah sekitar setelah itu membuat tindakan.
Pemuda Pengendali
Segala sesuatu yang terjadi bisa dikendalikan. Dengan berbagai polarisasi pengendalian. Dan hari ini pengendalian paling enteng nan simple adalah membuat framing pada media surat kabar. Baik cetak maupun oline. Dari sini dimuatnya konten yang sifatnya penggiringan opini public, mengkampampenyekan produk yang hanya mengambil laba sepihak juga konten sejenis lainnya. Namun tidak mendiskreditkan konten positif lainnya.
Oleh karena prioritas uraian penulis saat ini membicarakan ihwal pandemi yang sedang melanda kita, maka agak relevan membuat narasi semacam ini. Jihad sosial melalui media misalnya, adalah cara konkret pemuda membuat control sosial. Fenomena yang dirasakan oleh sebagaian kelompok masyarakat adalah merasa ditakut – takuti dengan berita di media baik cetak maupun elektronik.
Pandemi yang di jelaskan sebagaian orang hanya bisa di proteksi dan bisa di atasi dengan menjaga imunitas, sebenarnya menjadi pedoman dasar pemuda menghimbau agar khalayak tidak sepenuhnya merasa was-was. Apalagi indikasi menularnya covid 19 salah satunya dengan tidak stabilnya suasana pikiran dan isi hati.
Pemuda Loyalis
Salah satu kriteria lain Pemuda yaitu loyalitas dan bertanggung jawab. Ia merasa di Pundaknya terdapat amanah yang di emban. Dan ketika sudah memiliki sikap demikian, tentu segala kejadian yang menimpa dirinya dan orang lain adalah tanggung jawab moral darinya. Dari sini lahirlah aksi nyata.
Spesifik penanganan covid 19, Pemuda standby mengisi pos-pos warga yang nyaris tidak menyeluruh paham akan kondisi rentan ke-mudharatan ini. Eksistensi Pemuda menjadi fasilitator dan sosialitator sangat berdampak memberi pemahaman pada masyarakat yang masih awan proteksi diri baik individu maupun sanak family lainnya dari gempuran pandemi dan serba – serbi yang mengitarinya.
*Alumni STAI Luqman Al-Hakim Surabaya, Pengajar dan Da’i di Hidayatullah Kupang