Oleh: Moh. Syahri Sauma
Menjadi seorang pemuda merupakan sebuah masa yang dinanti-oleh semua seorang. Masa muda adalah masa keemasan. Masa kedewasaan dan masa sebuah progresifitas manusia. Seperti apa masa tuanya, akan kelihatan seberapa besar yang ia lakukan ketika menjadi pemuda. Jika ia ketika masa muda aktif diberbagai organisasi baik kepemudaan maupun sosial kemasayarakatan, tentu ketika ia sudah tua akan mempengaruhi masa tuanya, lebih-lebih ketika sudah menjadi orang tua untuk anak-anaknya.
Di masa muda, menjadi sebuah tantangan sekaligus peluang. Bagaimana tidak, dimasa-masa ini juga seseorang akan diuji oleh banyak ujian. Ujian teman (sosial), ujian perubahan psikologi dan ujian teknologi. Ujian sebagai tantangan pemuda, sedangkan peluang pemuda di era new normal sangatlah terbuka lebar memasuki dunia 5G dan industri 5.0. Peran pemuda sangatlah dinanti dalam membaca, berkreasi dan menciptakan sebuah arus baru peradaban.
Kompleksitas Tantangan Pemuda
Pertama, Tantangan Teman (Sosial) Teman merupakan gambaran dari dirinya. Karenanya Rasulullah SAW bersabda; “Seseorang akan mencocoki kebiasaan teman karibnya. Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karib kalian (HR. Abu Daud).
Imam Al Ghazali mengatakan, “Bersahabat dan bergaul dengan prang pelit, akan mengakibatkan kita tertular pelitnya. Sedangkan bersahabat dengan orang zuhud, membuat kita juga ikut zuhud dalam masalah dunia. Karena memang asalnya seseorang akan mencontoh teman dekatnya.”Lalu, siapakah teman anda ketika bermedsos ria?
Kedua,Tantangan Psikologi (mental kejiwaan). Salah satunya adalah Insecure.Dalam (KBBI) yang berarti tidak kuat, gelisah. Dalam psikologi kondisi insecure merupakan salah satu kondisi mental ketika kamu merasa cemas, takut secara berlebihan sehingga kamu melakukan sesuatu dengan berhati-hati. Bahkan seseorang yang insecure sering menaruh curiga pada orang lain maupun lingkungan di sekitarnya.
Ini beberapa tanda-tanda ketika seseorang mengalami insecure; Merasa rendah diri, mengalami takut berlebih, tidak mau keluar zona nyama dan sering membandingkan diri dengan orang lain. Jika kondisi ini tidak segera diatasi, insecure akan sebabkan ganguan mental.
Bisa dibayangkan, jika masa muda tapi sudah punya masalah insecure? Padahal masa mudanya masih sangat panjang untuk melakukan revolusi jati diri ke arah lebih baik. Jika sudah insecure maka jangan sampe kita juga kena penyakit futur.
Apa itu futur? Rasa malas, enggan, dan lamban dalam melakukan kebaikan yang mana sebelumnya seseorang rajin dan bersemangat melakukannya. Penyakit ini sering menyerang sebagai ahli ibadah, para da’i, penuntut ilmu dan juga anak-anak muda.
Sebab penyakit ini adalah; hilangnya keikhlasan, kecintaan hati yang besar kepada dunia dan banyak melupakan akhirat, hidup ditengah masyarakat yang rusak, lemah iman, lemah pendidikan imaniyyah, melakukan dosa serta memakan makanan yang haram dan lain sebagainya. Alangkah meruginya jika seorang pemuda lemah secara psikologi (insecure) dan lemah iman (futur).
Ketiga, Tantangan Teknologi. Masa discrupsi seperti sekarang ini, menjadikan anak muda tidak akan lepas yang namanya handphone. Handphone sudah menjadi komoditas utama, rasanya aneh jika setiap hari tidak memegang hp. Karena didalamnya banyak hal yang bisa ia lakukan. Bermedsos di era sekang sudah menjadi kewajiban. Disitu pemuda akan dilihat aktivitasnya di dunia maya. Aktif atau tidak, berapa yang melike, berapa yang follow, status apa yang diposting detik itu.
Hal ini menjadikan quota seolah nyawa.
Karena kalau punya hp saja tidak ada quota seolah hilang nyawanya. Karena tidak tahu perkembangan dunia hari itu. Derasnya perkembangan teknologi jika tidak diimbangi dengan orientasi hidup, keimanan yang kuat dan teman yang baik. Maka teknologi informasi akan memasukkannya kedalam lubang future dan insecure.
Karenanya, masa muda harus benar-benar dioreintasikan untuk memperoleh banyak pengalaman hidup, untuk mencari ilmu dan untuk mendapatkan teman baik. Menjadi pemuda futurolog adalah sebuah peluang pemuda, ditengah banyak pemuda yang menghabiskan masa mudanya hanya untuk foya-foya yang tak jelas arah dan tujuan, karena semestinya pemuda dapat membaca future (masa depan).
Pemuda Futurolog
Futurolog adalah ilmuwan dan ilmuwan sosial yang mempunyai spesialisasi dalam futurologi, atau upaya untuk secara sistematis mengeksplorasi prediksi dan kemungkinan tentang masa depan. (Wikipedia). Artinya bahwa, seorang pemuda juga mampu menjadi seorang futurolog, ia mampu membaca dan menganalisa masa depan.
Lalu pertanyaannya adalah bagaimana caranya menjadi futurolog di usia muda? Apakah bisa? Keinginantahuan akan masa depan memang manjadi naluri alamiah yang melekat pada diri manusia. Mampu melihat masa depan bukan ahli nujum/ramal. Sebut saja nama-nama Nostradamus, Ronggowarsito, Joyoboyo dan sosok-sosok lain yang dipercaya mampu melihat apa yang akan terjadi. Mengetahui masa depan bukan hanya didominasi oleh ‘aktivis mistis’ semata, namunjuga aktivis saintis.
Tentu saja, aktivis santis menggunakan logika dan analisis-analisis ilmiah, bukan dengan jampi-jampi atau ramalan tertentu. Upaya akademik inilah melahirkan ilmu futurologi. Tahun 1970an ilmu ini dipopulerkan oleh Alvin Tofler. Ia mengajukan ramalan bahwa gelak dunia akan berubah seiring cepatnya teknologi. Dan yang paling mempengaruhi adalah teknologi informasi. Terbukti ramalan itu benar kina di masa revolusi industry 4.0, hampir semua lapisan sendi-sendi kehidupan manusia sekarang yang tak lepas dari teknologi informasi.
Salah satu ilmuwan yang juga layak disebut futurolog adalah Samuel Huntington, yang pada 27 Desember 2008 lalu meninggal dunia. Ia meramalkan selepas berakirnya perang dingin, persaingan antar macam peradaban di dunia ini tetap berlanjut. “Benturan Peradaban”, begitu Hungtinton mengistilahkan. Mengambil basis agama dalam benturan. Pengeboman di gedung WTC, invasi Amerika ke Afghanistan dan Irak semakin mengukuhkan tesisnya.
Kalau para pendahulu dan orang-orang barat bisa menjadi Futurolog mistis dan saintis. Maka semestinya pemuda juga bisa. Dengan syarat, banyak membaca, banyak menulis, banyak research (meneliti) dan menganalisa kejadian sosial, alam dan kepemimpinan dunia di era disrupsi.
Dengan berlandaskan Qur’an dan Sunah Nabi Muhamad, serta berasaskan Manhaj Nubuwah (Sistematika Wahyu) tidak ada kata tidak mungkin dalam mengambil peran untuk memprediksi masa depan peradabanmanusiadengan kajian ilmiah dan akademik.
Yuk, masa muda jangan sampe merasa insecure dan futur. Mari gunakan waktu, tenaga, pikiran bahkan harta untuk membaca future. Jadilah futurolog muslim masa depan di era ketidakpastian dan di era kenormalan baru.
*Ketua Pemhida Jatim, Da’i dan Pemerhati Sosial Kepemudaan.