Oleh: Robinsah*
Kalau kita perhatikan sekelompok pemuda di negeri ini, rasanya miris. Betapa, tidak. Hidup mereka penuh santuy.
Hari-harinya dihabiskan di warung kopi (warkop). Berjam-jam. Bahkan kadang sampai bermalam. Main game. Menonton film. Bermedsos ria tanpa arah. Dan seterusnya.
Habislah waktu dengan sia-sia. Tanpa memberikan manfaat sedikitpun. Untuk diri sendiri. Apalagi orang lain. Kecuali, sekedar mencapai kesenangan. Memebuhi syahwat belaka.
Apa yang bisa diharap dari pemuda berperilaku demikian?
Seperti ditulis oleh syaikh Sholih al-Munajjid, dalam buku ‘Bahaya Game.’ Bahwa;
“Tidak ada yang bisa diharapkan kepada generasi, yang hanya sibuk memainkan jari di atas smartphone.”
Sementara itu. Ulama tersohor Indonesia; BUYA HAMKA, dalam buku ‘Falsafah Hidup,’ mempredisikan bahwa pemuda yang menghabiskan waktu dengan hal sia-sia, ia akan melalui masa tua dengan kenestapaan.
Tinggal di surau tua. Tidak dihargai oleh anak-anak dan kemenakannya. Sebab di waktu mudanya, hanya duduk-duduk di warung tidak mau berusaha. (Falsafah Hidup: 168)
Merenung nasehat dua ulama besar ini, tergambar dengan jelas nasib masa depan generasi penikmat warkop dan gagdet ini.
Mereka berpotensi menjadi belenggu. Beban keluarga dan masyarakat. Sebab, mau kerja pun tidak memiliki skil. Karena tidak diasah. Sibuk ber-game ria.
Akhir dari kisah generasi ini, hanyalah penyesalan. Seperti pribahasa Arab sebutkan;
اجهد ولا تكسل ولا تك غافلا فندامة العقبي لمن يتكاسل
“Bersungguh-sungguhlah, jangan malas, jangan lengah. Karena penyesalan merupakan akibat bagi orang-orang yang malas”
Sebelum hal ini semua terjadi, marilah sobat, kita manfaatkan potensi diri kita yang luar biasa ini.
Seperti ilustrasi dari syaikh Yusuf Qardhawi; “Pemuda itu ibarat mata hari yang pas berada di atas kepala. Puncaknya panas.”
Apa yang bisa diperbuat dengan kekuatan itu. Perhatikan pernyataan bapak proklamator Indonesia;
“Beri aku sepuluh pemuda, akan kuguncangkan dunia.”
Pemuda bagaimana yang mampu melakukan perubahan semacam itu?
Sudah pasti bukan mereka yang menggunakan masa mudanya dengan penuh kesantuyan.
So, duhai pemuda! Mari kita berjuang untuk berpikir, bergerak, dan bermanfaat, selagi momentum sebagai pemuda ini masih digenggang.
*Ketua Departemen Pusat Pengembangan Wawasan dan Tsaqafah Islamiyah (PUSPENWAS) PEMHIDA Jatim