Oleh: Moh. Syahri Sauma*
Ketika masa PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) atau sekarang masa transisi PSBB (new normal), di pintu masuk kampung, perumahan, dan RW ada spanduk “Kampung Tangguh “ dari corona. Hati kecil penulis merasa, apa sebenarnya makna kampung tangguh yang banyak tertulis dispanduk di setiap pintu masuk sebuah kampung atau perumahan ya? Kampungnya harus tangguh dari corona? Atau kampung ini diawasai benar oleh perangkat desa/keluarahan karena sudah ada yang positif covid-19?
Ketika penulis mengikuti webinar (web seminar) belum lama ini, yang diakan oleh Ikatan Alumni ITB Jawa Timur tentang “Penguatan Pangan dan Kesehatan Rakyat sebagai Basis Ketahanan Negara pasca Pandemi” banyak pemateri yang menyampaikan. Wakil Gubernur Jatim, Emil Dardak, dan turut hadir juga Wakil Menteri Pertahanan RI, Bapak Sakti Wahyu Trenggono, tokoh ormas besar ketua PW NU dan PW Muhamadiyah Jatim juga turut berbicara terkait masalah ketahanan pangan di Jawa Timur.
Kemudian perwakilan dari Kapolda Jatim, menyampaikan tentang kampung tangguh di acara webinar tersebut. Penulis merasa terjawab sudah, apa maksud dari kampung tangguh. Namun, penulis masih belum puas atas uarain tersebut. Penulis coba searching, Kampung tangguh dipelopori oleh kapolda dan pangdam Brawijaya yang mempunyai tujuh kriteria ketangguhan, yaitu; tangguh logistic, tangguh sumber daya manusia, tangguh informasi, tangguh keamanan dan ketertiban, tangguh budaya dan tangguh psikologis(Kompas.id).
Penulis mencoba menganalisa hadir dan terbangunnya kampung tangguh tidak serta merta, bikin spanduk langsung dipasang didepan pintu masuk kampong atau sebuah perumahan? ini harus ada filosofi dan tujuan yang jelas serta konkrit dari branding “kampong tangguh”. Tujuh kriteria diatas tidaklah cukup, meski tetap adanya protokol kesehatan seperti menjaga jarak, cuci tangan dengan sabun dan air serta thermo diterapkan. Karena muatan mindset dan spiritual belum masuk dalam kriteria
Menurut penulis, Kampung Tangguh semestinya tidak bisa berjalan kalau tidak diawali dari keluarga tangguh, keluarga tangguh tidak bisa terbentuk jika tidak dari pribadi tangguh. Tapi jika sudah mulai dari pribadi tangguh dan keluarga tangguh niscaya kampung tangguh akan terjaga dan berjalan saat pandemic maupun pasca pandemi. Jika sudah terwujud kampung tangguh maka sangat mudah mewujudkan kota tangguh tangguh, provinsi tangguh bahkan Negara tangguh.
Mulai dari Pemuda Tangguh menuju Kampung Tangguh
Karenanya, coba kita mulai dari Pribadi tangguh. Pertama, Bagaimana seorang pemuda menjadi dirinya sendiri. Kita mungkin pernah mendengar lagu ‘Kun Anta’ yang dipopulerkan oleh Humood Alkhuder. Liriknya, ‘Kun anta tazdada jamala’ (jadilah diri sendiri, pasti akan menambah keelokanmu) dan ‘sa akunu ana mithil tamaman hazana. Fakona a’ti takfini, z aka yaqi ni’ (aku ingin menjadi diri sendiri, inilah kesempurnaanku. Cukup dengan hal ini, dan aku yakin itu).
Selain jadi diri sendiri, mengenal diri sendiri dan mengenal Tuhan kita (Man arofa nafsahu, faqod arofa robbahu). Kedua, mengenali potensi diri. Bahwa otak manusia berkecakapan menguasai 5 bahkan 20 bahasa sekaligus. Albert Einstein masih menggunakan 5 persen otaknya.
Ketiga, mempunyai keimanan yang kokoh. Dari keimanan yang kokoh ini lahir keistiqomahan. Kemantapan hati, tidak mudah goyah. Setelah memiliki ketauhidan yang kokoh pula. Harus kita tanamkan bahwa kita ini luar biasa, mempunyai tujuan hidup yang jelas, hidup bukan ilusi.
Hidup itu sebuah realitas yang diperjuangkan dengan sungguh-sungguh. Untuk mencapai kemenangan aqidah dan keimanan yang kokoh. Seperti halnya, Usamah bin Zaid, Muhammad Al Fatif serta pemuda penakluk lainnya yang mempunyai keimanan, jiwa, mental serta spiritual yang kokoh dan tangguh.
Keluarga Tangguh. Orang tua mempunyai tugas mendidik dan melindungi anak dari berbagai pengaruh lingkungan yang buruk. Namun, sebagai orang tua tidak mungkin bisa mengawasi anaknya selama 24 jam. Keluarga tangguh memiliki empat syarat. Pertama, syarat psikologis. Kedua syarat fisik, ketiga syarat perilaku dan keempat syarat spiritual.
Dalam Al-Qur’an Surat At-Tahrim: 6, Allah berfirman, “wahai orang-orang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari Api Neraka.” Ali bin Abi Thalib juga mengatakan yang dimaksud ayat di atas adalah didiklah mereka dan ajarkan ilmu kepada mereka (addibuhum wa ‘alimhum). Ilmu adalah bekal sekaligus panduan dalam mengarungi kehidupan dunia mennuju kehidupan akhirat. Orang tua sebagai prosesor dan eksekuotr teladan kebaikan untuk anak.
Syed Naquib al-Attas, seorang cendikiawan muslim pernah berkata, sebab utama berbagai maslah dunia Islam saat ini adalah problem ilmu dan ketiadaan adab (the loss of adab). Oleh karena itu, solusi mendasar bagi persoalan umat ISlamsaat ini adalah pendidikan berbasis adab. Beliau menyebutnya dengan istilah ta’dib. Maka sangat penting menjadi pribdai dan keluarga tangguh adalah mempunyai ilmu dan belajar tentang adab.
Kampung Tangguh. Kampung merupakan kumpulan dari warga-warga yang beragam. Keluarga, kumpulan dari rukun tetangga (RT), kumpulan dari rukun tetangga menjadi rukun warga (RW) dan kumpulan RW menjadi sebuah kampung atau desa atau kelurahan. Dalam hal ini, Rasulullah pernah berpesan kepada Abu Dar al Ghifari. “wahai Abu Dzar! Perbaharuilah kapalmu karena laut itu sangat dalam. Ambillah bekal yang cukup karena perjalanannya jauh. Ringankan beban bawaan karena lereng bukit itu susah dilalui, dan ikhlaslah beramal karena Tuhan maha teliti!”.
Istilah kampung yang tak lepas dari masyarakat. Islam sangat memperhatikan kehidupan sosial hingga kepermasalahan yang kecil. Karena kehidupan sosail sangat memiliki pengaruh yang besar terhadap kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat (kampung), Negara hingga kehidupan umat seluruh dunia. Dasar uatama yang membuat kokoh dan tangguh masyarakat adalah aqidah yang kuat.
Wahai sekalian manusia sesungguhnya kami dari laki-laki dan wanita , dan kami ciptakan kalian agar kalian jadikan berbangsa dan bersuku-suku saling mengenal, sesungguhnya yang paling mulia adalah yang paling bertaqwa, disisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Mendengar (Al-Hujurat: 13)
Mari, jadilah pribadi yang tangguh di tengah keluarga dan kampung tangguh. Karena pribadi (pemuda) tangguh lahir dari keluarga dan kampung tangguh. Tangguh dalam situasi dan kondisi. Tangguh dalam menyelasaikan sosial problem dan tangguh tehadap perkembangan zaman di era Negara butuh pemimpin dan pejabat tangguh.
* Ketua PW Pemhida Jatim, Pemerhati Sosial dan Milenial.