Oleh : Moh. Humaidi*
Negara maju dan disiplin adalah tuntutan masyarakat yang menginginkan kemakmuran dan keadilan. Dan yang menjadi sorotan utama adalah pendidikannya, seperti apa pendidikan yang ada yang berlangsung di negara tersebut ?
Kenapa pendidikan?
Jawabnya; karena ia menjadi tolok ukur maju dan mundurnya sistem negara.
Umpama. Ketika di suatu negara menerapkan konsep pendidikan berbasis pada kejujuran. Maka sistem pendidikan itu akan melahirkan generasi-generasi yang menjunjung tinggi kejujuran.
Pada titik inilah, negara akan maju dan berkembang. Sebab dikelola dengan benar, jujur, dan transparan.
Dalam kontek mendidik pada basis nilai-nilai luhur ini, kita bisa meneladani bapak para Nabi; Nabi Ibrahim.
Nabi ibrahim A.S adalah sosok ayah yang ta’at dan patuh terhadap perintah Tuhannya. Ia tidak pernah menolak atas apa yang diperintahkan terhadap dirinya, sekalipun anak semata wayangnya harus menjadi taruhan sebagai bentuk keta’atan.
Setiap tanggal 10 Dzul Hijjah tiba, keluarga besar Ibrahim A.S menjadi contoh terlahirnya pendidikan yang berkakter.
Karena saat itu, terjadi peristiwa besar, yang kemudian dijadikan hari besar kedua ummat Islam seluruh dunia, tersebutlah Hari Raya ‘Idul Adha. Dari sini juga dianjurkannya berqurban bagi yang mampu. Peristiwa itu menjadi catatan besar sejarah, sampai akhir zaman.
Hal ini tidak lain karena pengorbanan seorang ayah yang tidak tertandingi, antara mengikuti perintah Tuhan dan rasa sayang terhadap keluarganya.
Maka kenapa kemudian Ibrahim A.S mempunyai putra yang sangat jujur dan pemberani, kuncinya karena dia mengedepankan perintah Tuhan, daripada kepentingan dirinya.
Dalam kisahnya, saat Isma’il kecil akan di korbankan dan akan terjadi penyembelihan, Isma’il kecil, mampu menguasai dirinya dan berani mengatakan, (saat ayahnya, sudah mulai ragu untuk menyembelihnya), ia bergumam ” Jika ayah khawatir tidak kuat menatapku saat penyembelihan tiba, tengkurapkan wajahku, dan enkau akan mendapatiku dalam keadaan sabar dan menerima”
Mencetak karakter jujur dan pemberani, seperti Ima’il tidak semudah membalikkan telapak tangan. Banyak yang harus diintropeksi, mulai dari diri sendiri, lingkungan dan apa yang menjadi tujuan. Kalau di analogikan dalam lembaga yaitu mulai dari visi, Guru dan materi ajar, hal ini juga bisa diperaktekkan dalam bentuk keluarga, sebagaimana telah diteladani oleh keluarga besar Nabi Ibrahim AS.
Banyak dikisahkan dalam kancah narasi sirah, ternyata sejak kecil Nabi Ibrahim AS. adalah anak yang jujur dan pemberani, bahkan beliau siap di bakar saat menerima kesalahan, yang dianggap salah oleh penyembah patung, para musyrikin saat itu.
“Buah tidak akan jauh dari pohonya” pepatah ini, nyata adanya, sebagai orang tua, jika ia jujur dan berani dalam kehidupannya maka sudah barang tentu putra-putrinya tidak jauh sebagaiamana kedua orang tuanya. Sebagai Guru, ia jujur dengan lisannya, ucapan dan tutur katanya, lalu ia jujur dengan perbuatannya: sholat tepat waktu, senang berbagi, dan senang menasehati, serta berani membela kebenaran, dan mampu menghargai atas hasil yang didapatkan. Jika seorang pendidik mampu melakukan sedemikian rupa, maka tentu akan melahirkan, anak didik yang handal, jujur dalam ucapan dan berani dalam bertindak, membela kebenaran.
Pendidikan, waktunya melahirkan Isma’il kecil yang jujur dan berani dalam segala hal.
Hilangkan rasa ogah untuk membentuk karakter ini, karena karakter inilah sumber peradaban yang sesungguhnya.
Hal ini dipertegas dalam hadits Nabi : “Berlakulah jujur, sesunguhnya kejujuran akan mengantarkan kepada kebaikan, dan kebaikan akan menghantarkan ke surga. Dan, seseorang yang senantiasa berlaku jujur akan tercatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Jauhilah dusta. Sesungguhnya dusta akan membawa kepada kejahatan dan kejahatan itu akan menjerumuskan seseorang ke dalam neraka. Seseorang yang sering berdusta akan tercatat disisi Allah sebagai seorang pendusta.” (HR Muslim).
Jujur dalam kebenaran dan berani dalam kebaikan, tolok ukur bangkitnya peradaban, dan lahirnya generasi melenial keisma’ilan. Maka sudah barang tentu Baldatun Thoyyibatun Wa Rabbun Ghafur, akan segera kita dapatkan.
*Pendidik YPI Al-Fattah Batu, Da’i Dan Ketua Depertemen Pengkaderan Pemuda Hidayatullah Jatim.